Jumat, 18 Januari 2013

Cerpen remaja_arah menuntunku


RELAKAN NAFAS

                Berdering-dering meraung dan membahana diseluruh sudut kamarku.Bunyi alarm tanda waktu untuk aku bangun.Apalah fungsi kotak putih itu dengan berbagai fitur canggih yang dimiliki hanya aku pakai untuk alarm setiap pagi.Telah sekitar  1 menit alarm itu berbunyi tapi aku masih berusaha mengirim sinyal-sinyal ke syaraf pusat dan diteruskan menuju organ gerak.Yah,aku sudah aktif dalam arti siap melakukan banyak hal.Banyak hal yang aku ingin dan aku harap terjadi hari ini akan segera terpikir tepatnya setelah aku matikan suara bising memekik ditelinga itu.Tangan meraba-raba dan mata merek-melem mencari kotak putih itu.Kotak sudah ditangan tinggal buka kunci layarnya dan inilah masalahnya,ada sebuah bentuk pola-pola yang harus dibentuk untuk membuka kunci layar.Kunci layar sengaja aku buat simple dengan hanya membentuk inisial nama dari perempuan itu dikombinasikan inisial nama ku sendiri.Terlihat norak memang saat semuanya dipikir-pikir tapi memang aku ingin semua hal itu bermakna hingga layar kunci pun aku beri inisial namanya karena memang perempuan itu memiliki makna yang dalam.Sudah terbuka kuncinya dan segera muncul pemberitahuan alarm di layarnya yang pasti akan aku pilih off untuk membinasahkanya.Terlihat dilayar kotak putih ada jam analog yang menunjukan pukul 04.03 WIB,tepat saja ternyata butuh 3 menit untuk tubuhku aktif seutuhnya.
Mengawali hari dengan menarik garis berpola untuk membentuk inisial nama perempuan itu sudah menjadi rutinitas setiap pagiku sejak kota putih itu hadir sebagai hadiah.Mengapa sedemikian anehnya aku ini padahal dia jelas saja bukan pacarku.Tapi memang makna kata cinta tak harus memiliki bisa menjadi jawaban tepat untuk hal itu.”Sebagai penyemangat setiap pagi,siang,sore dan malam bukankah memberi dampak positif dihidupku?”tanyaku pada diri sendiri.
Sudah kuletakan kotak putih itu tergeletak di meja belajar dengan layar belum terkunci.Layar hanya akan terkunci bila layar home yang menjadi layar utama dan saat ini layar kontak lah yang menjadi layar home.Layar kontak dengan satu nama jelas dan besar terlihat disana “ictus”.Namanya aneh seaneh orangnya jadi lebih baik menggantinya dengan bahasa latin yang artinya detak.Detak berarti bahwa dia seperti layaknya detak jantungku karena tanpa detak itu aku hilang.Bukan hanya nama tapi nomor telepon dan fotonya ada dilayar kontak itu.aku sengaja membiarkan kontaknya ada dilayar home agar terasa bahwa ada dia disampingku dan menemani aktivitas pagiku.
Mulai melirik buku yang seperti tersenyum girang saat dia berpikir bahwa aku akan menyentuhnya,membaca isinya,menandai hal-hal penting,dan terakhir mengeluh bahwa soal didalamnya sulit-sulit.Pastilah buku fisika yang membuat semuanya mudah diawal dan sangat sulit diakhir.Membaca beberapa lembar dari buku dan mengangguk-ngangguk seolah paham dengan hukum-hukum dan penurunan rumus yang ada di buku fisika itu.Tepat 40 menit aku belajar mengerti banyak hal dari fisika bab yang intinya membahas hal-hal tentang listri.Segera saja aku menutup buku fisika dan menarik baju putih bersih dan sarung sari tempatnya.Waktu sholat subuh telah tiba dimana kewajiban kitalah untuk mendirikan sholat.Setelah bersuci saatnya sholat sunnah kobliyah subuh yang cukup bisa dikerjakan dirumah dan dikamar sendiri.Sholat subuh berjamaah sudah dipelupuk mata,mimih ku memanggil pelan mengajak aku sholat bersamanya juga bapak.Sebutan mimih disini bukan karena sok gaul atau apa tapi lebih ke melestarikan adat.Maklumlah aku campuran darah sunda jadi biasa memanggil ibu dengan sebutan mimih.selesai menjalankan kewajiban akan ada sesi berdoa dipimpin bapak sebagai imam sholat.Dalam selah-selah doa pasti ada doaku untuk semua orang yang aku sayangi dan menyayangi ku dan terlebih untuk ictus.
Sepertinya tidak ada hal yang lebih gila dari pada mandi jam 5 pagi.Itulah mengapa aku lebih memilih membaca buku-buku yang menyenangkan dan menghibur.Buku bahasa indonesia adalah pilihan cerdas untuk mengawali pagi dengan senyum semangat.Dalam hal ini buku bahasa indonesia bisa memberi kecerahan karena ada beberapa cerpen dan sebagainya yang menarik pastinya.Lebih dari sekedar cerpen akan ada penambahan ilmu kebahasaan yang bisa didapat karena dengan membaca pasti menanamkan konsep yang sebaik dari apa yang dibaca.
Hari beranjak terang dan matahari mulai muncul diufuk timur.Rutinitas mandi harus dijalankan agar tidak kucel dan berbau asam nitrat nantinya.Berkaca dengan merapihkan baju seragam putih abu-abu.Menarik-narik baju hingga sampai pada lekukan yang rapih dan elegan.”Hahaa..padahalkan baju batik kenapa dimasukin coba kaya anak autis yang ingusan dengan tiga jambul diubun-ubun,yapp cecep! Hahah”bicara sendiri didepan cermin.Masih didepan cermin berkaca dan merenung”Akan jadi apa aku suatu hari nanti? apakah menjadi lelaki berdasi putih atau malah lelaki berdasi biru?apakah memiliki nasib baik atau akan terpuruk?”.Akan butuh berhari-hari untuk memikirkan semua itu dan mendapat hasilnya.
Berangkat kesekolah dengan simerah dan sampai 30 menit setelah waktu berangkat.30 menit bukanlah waktu tercepat untuk sampai kesekolah tapi itu waktu yang ditambahkan hal-hal lain.Diperjalanan selalu terpikir akan ada apa nanti disekolah”Apakah nanti ada hal menyenangkan?”dengan mempertanyakan hal simple seperti itu pun aku sudah bisa memberi jawaban lebih dari satu lusin.Hal pertama adalah akan ada banyak teman menyambut didepan pintu kelas.Sambutan pagi dari teman-teman dan sahabat karib adalah dorongan motifasi yang sangat real.Dari banyaknya teman dan sahabat pastilah terselip hal istimewa yang ada disana yaitu ictus.Namun beberapa hari belakangan dia berangkat sekolah selalu lebiah siang dari biasanya entah karena hal apa.Memang hubungan kami sebatas teman hanya saja ada hal pembeda diantaranya.Hal itu ada perasaan yang saling kami punya satu sama lain.Beberapa kejadian membuktikan hal-hal tersebut.Akhir-akhir ini memang aku jarang menghubungi ictus seperti hari-hari yang lalu.kebiasaan yang biasa adalah saling balas sms dengan kalimat ketus dan menyebalkan.Bahkan dalam beberapa hal dia mengejek dengan mudahnya seperti tanpa beban untuk mengatakanya.
“Selamat malem” kataku lewat sms .
“Selamat”jawab ictus dengan datar dan dingin.
Dibagian seperti inilah semua kata beku.Aku hanya sedikit kesal  karena apa yang dia lakukan jelas tidak menunjukan itikat baik,tapi dilain sisi aku mestinya paham bahwa tidak ada keharusan dia ramah,selalu tersenyum dan menghargai smsku.Kembali lagi kata “Aku ini siapa?”menyeruak kedalam pikiran dan menyadarkan aku akan fakta dari kehidupan.Semuanya bukan seperti mimpi yang selalu aku impikan di taman mimpiku.Dalam taman mimpiku aku punya percakapan yang indah.
“Malem ictus”aku mengirim.
“Iya,malem juga.ehh kebetulan kamu sms aku memang lagi mau tanya banyak hal :D “Jawabnya bahagia.
“Aku memang selalu datang disaat yang tepat kan? Mau tanya apa ictus? Pasti aku jawab”kataku percaya diri.
“Kamu bisa aja hahaa,iya mau tanya blablabla”menyerukan banyak pertanyaan dan keinginannya bagai tiada lagi hari esok untuk bisa bertanya dan bercanda.
                Begitulah taman mimpiku aku bangun.Tapi inilah kenyataanya dimana sebuah fakta menjadi penentu segalanya.Aku telah berada dikelas dan dalam jam pelajaran biologi yang membahas gambar tentang proses apalah itu.Dalam pelajaran itu konsentrasi jelas dibutuhkan namun malah dipertengahan aku luluh lantak membeku.Ada instruksi dari guru untuk mencari gambar proses apalah itu di internet tepatnya di mbah google.Ternyata ictus dipanggil oleh guru biologi untuk menunjukan gambar itu di depan kelas dengan menggunakan laptop yang dimilikinya dan proyektor LCD.Terlihat tab-tab tambahan dihalaman google,ternyata ictus tengah membuka beberapa info di internet dan tidak ketinggalan twitter.Oleh karena itu dia sampai bolak balik kedepan kelas untuk menutup tab twitternya.Namun itu membuat guru biologi penasaran membuka hal-hal menarik dari laptopnya.Tepatnya saat semua program aktif ditutup dan hanya menyisakan wallpaper sebagai background dekstop.Sekejap mataku melihat tajam untuk memperjelas gambar apa yang menjadi wallpapernya.Tanpa disangka ada seorang lelaki muda yang tengah duduk dipinggiran jalan dengan memegang sebuah camer dan mengarahkanya tepat ke camera yang memfotonya.
Aku berfikir keras hingga terasa pusing dan berputar sekelilingnya.Tubuhku kehilangan daya dan aku seperti batrai yang habis dan kosong layaknya gurun pasir sahara yang luas dan hampa.Jari-jariku bergetar seperti orang ketakutan dan terus menerus bergetar.Rahangku beku tak berpindah dari tempatnya dan seketika kaku tak bergerak.Beberapa detik aku tak bisa mengatakan hal apapun masih terkaget-kaget dan terheran.”Ini seperti langkah yang berhenti berjalan,layaknya mimpi yang tak terwujudkan,ibaran hati yang tertindas,dan seperti nada-nada sumbang”aku berkata pada hati.Dalam hal ini aku memahami segalanya dan tidak butuh penjelasan akan hal apa pun.Aku tidak akan bertanya dan aku tidak terima sebuah jawaban.Aku akan terpejam mulai hari ini dan detik ini untuk menutup mata akan segala hal yang berhubungan dengan ictus.
Entah bagaimana sakitnya hati ini aku rasa karena begitu terasa sakitnya dan pedihnya hingga aku mati rasa.”Warna seperti menghilang kau tahu!!aku seperti mati dikelas ini!dan semuanya telah berakhir,berakhir disini,tempat ku mulai bermimpi”jeritku dalam hati berlanjut dengan pikiran kosong menyertai.Mungkin kali ini bukan air mata yang harus berbicara untuk meratapi semua tapi sebuah pemikiran yang revolusi untuk meninggalkan semuanya.”Baiklah biarkan gelap ini datang,pastikan nanti ada terang datang”kalimat motivasi pertamaku.Kini biarlah arahku membawaku kemana aku harus pergi.Kemana aku harus mengetuk pintu hati lain.Menunggu seseorang menerangi sisi gelapku seperti layaknya dia.Biarkan masalalu menghilang lalu tanpa beban aku meninggalkan belakang.
                Setelah waktu merenungku selesai,aku kembali kepelajar dengan terus menyibukan diri dengan soal-soal dan membaca hal tidak berguna.Hanya untuk bisa menghapus sedih dan sepi.Aku akan membungkusmu ictus dan warnamu dimasa yang indah.tak akan teringkari masa-masa itu dan tak akan menyesal pernah menjalani ketulusan denganmu.